Jatuh kesekian kalinya
Aku tak pernah meminta kau untuk terus bertahan, untuk slalu ada disamping. Kemana pun sibukmu, aku mencoba untuk belajar memahami. Karena aku harus tahu, bahwa semua persinggahan ataupun tidak pun sudah milik jalannya masing-masing. Aku tak berhak atas apa yang kau respon dari tindakan juga ucapanku. Perlahan dengan waktu aku mempelajari bahasa manusia. Bahasa-bahasa yang memang unik dimiliki. Aku mencoba menyeimbangkan akal dan rasa. Tapi, maaf jika kenyataannya rasakulah yang lebih banyak mengambil peran. Aku tak memintamu untuk datang lalu pergi, menyapa dan pamit. Aku hanya salah satu perempuan yang pernah ada dimatamu, hadir dihidupmu. Kau menyaksikan bagaimana airmataku jatuh sederas air sungai yang mengalir. Bagaimana egoku meredam semua amarah dikepala. Bagaimana aku menepi saat semua mata menyerang tanpa tahu apa-apa. Menyesal? Tidak. Aku tak menyesal. Aku hanya menyayangkan saja. Mengapa sikapmu belum juga berubah dan menyayangkan berapa banyak orang tulus yang hadir k