JUNI
Juni,
setahun lalu.
Apa yang kamu tahu tentang waktu?
Kalau saja, sekejap, detik diberhentikan
tanpa izin,
apakah ada barisan kaki yang sigap
menahan?
Kalau saja, sekejap, detik diberhentikan
dengan paksa,
akankah ada jamuan dari tatap yang
diperlakukan dengan binar?
Aku rasa waktu dari detik
yang berganti dibulan ini sulit untuk diterjemahkan dengan ribuan kata. Bahkan,
rasanya aku tak punya waktu untuk memberhentikannya, meski hanya sekejap itu. Tidak
ada yang membahagiakan yang dibahagiakan. Hari itu, hanya berpusat sebagai
radar yang suatu waktu melejit tanpa arah. Aku hanyalah pesawat lepas landas
tanpa tujuan dan aku hanya serpihan karang yang menguning. Aku, akuuu, akuu tak
kenal waktu untuk tahu itu adalah aku dengan jutaan tanya yang tanpa jawab.
Bulan ini, harusnya aku menutup semua
dermaga, menguncinya rapat-rapat, tidak diizinkan tanpa izin. Rasanya ingin
saja mendarat dengan cepat, tidak peduli itu lautan ataupun pegunungan. Aku
ingin terjun secepatnya, meski tanpa parasut. GILA!
Aku tahu, aku terlalu tahu bagaimana
dedauanan itu menguning dan menua. Lalu dilepaskannya dari dahan. Gugur, dan
berganti. Sekalipun angin, yang berhembus tanpa izin, mencacah habis seisi bumi
tanpa ampun, tanpa dilihatnya ada yang merapuh. Aku tahu, maka aku tidak
memberhentikan waktunya, meski sekejap.
Bulan ini, hari seakan mengusik apa yang
dibentengkan dengan kuat didasar dermaga. Lampu-lampu disudut dermaga sudah
siap siaga memberikan isyarat, bahwa ia meredup setiap malam. Aku ingin tetap
terus hidup, sampai aku kembali kepelabuhan. Isyarat lampu itu, mengkhawatirkan
sebuah kapal dari sebrang lautan yang terlihat samar. Tidak menepi, tidak
terhempas ombak lautan luas, tidak ada jawaban cahaya dari ujung laut dan demikian,
alarm waktu dihari itu, tidak dapat diberhentikannya lagi.
Lalu, apa yang kamu tahu tentang waktu?
Bagaimana dengan hari itu, dibulan ini?
bagaimana dengan pergantian? Perubahan?
Hingarnya kicauan malam itu,
membuat sesak dari ratusan tanya yang tidak dipulangkan dengan tenang. Hanya
ditinggalkan dengan gusar, dipulangkan dengan pangkuan yang salah beralamat.
Detik itu, tatap dari sebuah pandang menjarah kearahku, dan aku menutup sebuah
kamuflase yang dibentengkan dengan rasa hormat.
Semua bergulir tanpa paksa, tidak ada yang tahu didetik kebarapa aku dan
ribuan pandang akan jatuh dan berhenti. Ada suara-suara yang berhembus pelan,
tersamarkan suara angin, ia hanya sebatas menyampaikan tanya namun tetap tidak
terjawab.
Kini, detik dari waktu yang berganti
dipulangkan dengan sengaja, dan dikenalkan pada waktu yang diberhentikan dihari
lain. Aku kira ini adalah permainan semesta, yang memintaku untuk menyelesaikan
ribuan tanya yang belum terjawab. Maka,
meragukan tatap adalah kepuraanku, untuk mengklisekan permainan jenaka ini.
Sampai jumpa dibulan selanjutnya.
Juni,
2017.
Komentar
Posting Komentar