Tidak mengenal PAGI
Selamat
pagi, mutual
Harusnya sudah aku posting tulisan yang
baru pagi ini. Tapi, aku tunda dulu ya. Bagaimana dengan pagimu kali ini? sudah
menghangatkan diri dibawah sinar matahari? Sudah mendapat nutrisi pagi dengan
cukup? Sudah dengan segelas air mineralnya? Atau sudah tersenyum dan menyapa
manusia disekitarmu pagi ini? kalau saja
rutinitas itu dilakukan tanpa berfikir, mungkin menjadi sesuatu yang
membahagiakan setiap pagi. Sayangnya, aku sudah lama bersahabat dengan ruangan 3x3
dikota perantauan. Aku bersahabat dengan pena, lembaran kertas warna-warni yang
penuh dengan coretan, laptop,iringan musik sendu hingga rock. Aku terlalu lama
memanjakan diri disini dengan ruangan yang tidak mampu membuatku bergerak dan
beranjak. Semakin aku memenjarakan pikiran dan perasaan. Tapi, aku tahu, aku
tak sebiasa dulu lagi untuk berada ditengah keramaian, berjumpa dengan
manusia-manusia yang tidak aku kenal.
Terkadang aku hilang dan larut dalam
kegelisahan, tentang sebuah kehilangan kepergian yang selalu menghantui. Bahagiaku
singkat untuk dihitung satu hari, bahkan kadang tidak aku temukan tawa satu
hari disini. Aku tidak mengutuk pikiranku untuk terjerumus dalam kesedihan dan
ketakutan. Hanya, pasti ada yang salah dalam otakku dan melarutkannya
diperasaan. Orang bilang aku seperti burung dalam sangkar. Aku seribu topeng. Aku
tertutup, aku suka menyendiri. Aku aneh, aku suka berubah. Semakin mendengar
itu semua, aku semakin tertekan. Karena, aku sendiri pun tak mampu menjelaskan
aku kenapa. Tapi, tahukah satu hal, bahwa aku tidak menyukai kedekatan. Aku terlalu
sadar semua yang hadir akan hilang dan pergi, baik pamit atauu tidak. Tapi,
seringnya mereka tidak pamit, dan membuatku kembali mengingat hal buruk masa lalu
tentang ditinggalkan, diabaikan dan sendirian. Memang aku suka menyendiri, tapi
aku tidak benar-benar suka sendirian. Aku takut, bahkan aku slalu gemetar,
keringat dingin dan pusing. Panik, sepanik itu, aku, aku hanya menutupinya, aku
tidak ingin orang lain mendekat dan masuk ke dalam sisi burukku, yang aku
sendiri belum bisa menerima dan terbiasa.
Aku bisa yang tiba-tiba menangis
sesenggukan, tanpa tahu apa dan kenapa. Lalu, sekejap, aku beraca dan
menertawakan diriku sendiri. Sakit? Terserah mau mengartikan apa. Aku lelah
mendengar perkataan menyakitkan, tanpa membantu. Pernah ngerasain itu? Pernah ngerasain
berjuang melawan keanehan itu? Bahkan hal kecil yang menyentil rasa sedih saja,
aku bisa sepanjang hari mengingat dan tidak melihat kebaikan sedikitpun disana.
aku menghilangkan dri dari lingkungan, menutup akun instagram dan
menyembunyikan aktivitas dari siapapun. Karena apa? Aku lelah ditanya dan
dinilai yang tidak-tidak bahwa aku belum selesai beranjak.
Aku berada diketerasingan ini pun, bukan
aku yang ingin. Bahkan, aku ingin keluarpunaku bingung arahnya. Mereka masih
saja menanyakan dan menilai yang tidak-tidak. Dibalik itu, aku akan tetap
bilang bahwa aku baik-baik saja. Tau, bagaimana itu menghantui dan tertekan? Aku
tidak bisa mentap mata oranglain lagi, aku tidak bisa menumbukan percaya pada
tubuhku sendiri bahkan orang terdekatku. Aku tidak bisa membiasakan tubuhku
sendiri untuk pergi beranjak. Aku takut melangkah, aku takut dengan semua hal
dalam pikiran dan masa-masa itu. Bagaimana membuat kalian mengerti? Bagaimana membuat
tubuhku menerima? Begitupun aku sakit, tapi aku memasang wajah lain.
Komentar
Posting Komentar