DESEMBER
Merayakan Kehilangan
Tiba juga dipenghujung tahun. Dibulan
terakhir, tragedi selama setahun akan tertutup disini. Aku tak akan mengulik
lagi tahun ini, rasanya enggan, tapi salut. Ternyata aku cukup kuat melawannya.
Disetiap halaman yang tertulis cukup pelik, hingga aku lupa bagaimana bisa aku
menempatkan diriku menjadi asik. Sudah, semua usai. Daun-daun sudah berrguguran
sejak dua bulan terakhir, tanah-tanah sudah basah hingga menggenang,
jejak-jejak hilang mengaburkan, halte-halte yang biasanya ramai, kini sepi dari
barisan kaki. Sua dari bibir yang kelu menipis, aduan bola mata meninggalkan
peraduan. Semua sudah kembali ke pelukannya sendiri, memeluk dengan manis tanpa
ada tangis. Setelah perjalanan membuat jarak dan menghambat gerak. Aku
merayakan kembali klimaks disini. Menangiskah? Boleh saja. Ada banyak kehebatan
diluar batasku, ada banyak ketangguhan dibalik lemahku, ada banyak sekali
keluarbiasaan lebih dari aku. Mungkin, akan ku habiskan semua disini, bulan
terakhir yang mengakhiri segala jarak, batas, kecewa, dan luka-luka yang belum
mengering.
Tak ada yang bisa mengartikan maksud dari
semesta yang tiba-tiba datang, tanpa diminta. Mengirim kecanduan yang terkadang
sulit untuk diterima atau bahkan menghadirkan ribuan kecewa yang justru membuat
gelora didada. Tahun ini kehilangan sudah sampai dipuncak. Begitu melekat. Aku
mempertaruhkan banyak rasa percaya pada tubuh yang merasa sia-sia. Radarku
dipermainkan cukup kuat, hingga sinyal disetiap perbatasan melemah. Aku sudah
tak ingin memperdebatkan posisiku. Aku hanya ingin duduk tenang meski dalam
cahaya remang. Kehilangan sudah menguras habis energiku tahun ini, menyita
habis waktu dibulan yang seharusnya aku spesialkan. Hingga, dibatas hari yang
tak mampu aku seguhkan. Aku menangis didetik yang tak mampu aku lepaskan, juga
aku jelaskan.
Satu persatu, luka yang menumpuk beranjak
mengering. Aku berdiri dengan tegap, berjalan dengan kuat, berlari? Belum, aku
belum cukup mampu untuk berlari dan mengejar. Ada harapan yang tersampaikan
pada setiap peran dibalik semesta kirimkan. Setelah kehilangan begitu
mengagetkan dan cukup mengacaukan. Aku berlatih untuk tubuhku, menyadari setiap
hembusan nafas yang ku hirup dan ku keluarkan. Menyadari apa yang aku lihat,
menyadari apa yang aku jalani. Sebelum itu, semua terasa berat, aku melatih
tubuhku sendiri, hingga percaya hadir lagi disini. Percaya, bahwa aku mampu dan
percaya bahwa aku tak akan terus sendirian. Merehatkan tubuh dari lelah, serta
kegundahan yang tak terjamah. Aku memperbaiki dermaga ulang. Tidak ada bahan
utama yang terganti, tidak ada tambahan supaya kokoh, atau indah. Cukup dengan
sederhana yang lalu, meski sedikit berubah, aku tahu bahwa jejak yang sengaja
ditinggal akan terkenang karena membekas. Jangan harap ia akan hilang, tidak. Jejak
akan selalu menjadi jejak, tak akan terhapus atau terganti. Biar dunia tahu dan
yang hadir tahu bahwa ketidaksengajaan hadir tetap punya ruang untuk menetap
atau pergi.
Terimakasih, sudah membawaku sampai
dibulan ini.
Komentar
Posting Komentar